Rabu, 28 Mei 2014

Demokrasi: Dipakai atau Ditinggalkan


 DEMOKRASI
Dipakai atau Ditinggalkan


Chairil A Adjis  dan  Dudi Akasyah

Bangsa Indonesia kini sedang belajar tentang bagaimana memformulasikan suatu bentuk negara ke arah yang lebih ideal. Pasca penjajahan kolonialisme yang berlangsung sekitar 350 tahun, diteruskan dengan masa proklamasi dan awal republik (Sukarno), sekitar 20 tahun, dilanjutkan dengan masa / rezim suharto (33 tahun) dimana negara dikontrol secara otoriter. Hal ini berlangsung hingga tahun 1998.
Dalam rentang 1998 sampai dengan sekarang (2014)—telah berlangsung 6 tahun—bangsa Indonesia dilanda euforia demokrasi, slogannya: Rakyat punya suara, rakyat memiliki kekuatan, rakyat bebas mengeluarkan pendapat dan sebagainya.
Presiden dipilih oleh rakyat, gubernur pun dipilih langsung oleh rakyat, sampai  pemilihan ketua RW. Spanduk bertebaran menempel di pohon-pohon. Presiden dibatasi kewenangannya, DPR-RI menetapkan ratusan undang-undang, komisi tumbuh menjamur bak cendawan dimusim hujan. Urusan berkutat dalam diskusi, rapat, musyawarah, dan perdebatan yang tidak berujung.
·      Kita dapat menyaksikan bahwa pada masa Soeharto banyak yang dapat dibangun, namun di alam demokrasi seperti saat ini sangat sulit untuk membangun, berapa banyak bangunan yang telah didirikan oleh pemimpin sebelumnya rontok tak ada yang merawat.
·      Di era demokrasi, yang tumbuh subur bukan pertanian, kelautan atau perdagangan, melainkan partai yang tumbuh subur. Bendera partai bertebaran di sana-sini, sosialisasi pilkada, pencitraan dan keributan-keributan politik yang mewabah dari daerah sampai pusat.
·      Bangsa Indonesia sekarang sedang belajar euforia demokrasi tentu ada akhirnya apabila pemandangan yang disaksikan membuat rakyat jenuh dan di sisi lain kebutuhan hidup semakin sulit.
·      Undang-undang digonta-ganti
Rakyat tidak membutuhkan presiden, tidak ingin direpotkan oleh urusan politik. Yang dibutuhkan adalah figur negarawan, melalaui dia negara akan diatur, ditata, dperbaiki menuju ke arah yang lebih baik.
Adapun tugas rakyat adalah bekerja keras, patuh, dan kreatif di dalam mengembangkan dirinya, hal tersebut merupakan sumbangsih nyata bagi kejayaan bangsa.
·      Beberapa metode/cara sedang di uji coba di negara ini, mulai dari vase kolonialisme, republik, demokrasi. Bangsa ini sedang mencoba, menyaksikan dan merasakan bagaimana efek dari satu era dengan era yang lainnya. Tentu yang dicari adalah sistem yang bagus, stabil, dan memberi lebih banyak manfaat ketimbang mudharat.
·      Setiap pergantian era, terjadi konsekuensi dimana negara berguncang dan korban berjatuhan seringkali tak bisa dihindarkan.
·      Di negeri ini banyak para cndikiawan sehingga pada suatu saat nanti akan muncul negarawan yang mampu mengelola negeri dengan bijak serta menjadi panutan bagi seluruh rakyatnya.
·      Sifat manusia adalah tidak suka kepada yang tidak baik, suka kepada yang baik, dan lebih suka kepada yang lebih baik. Mereka sekarang sedang mengenal demokrasi dan mempraktikan demokrasi. Adapun apakah demokrasi nanti akan dipakai atau tidak, maka tergantung kepada asas manfaat. Jika demokrasi memberi manfaat maka akan dipakai dan dipertahankan; jika sebaliknya maka demokrasi akan ditinggalkan.
Setelah enam tahun melihat hasil kerja dari demokrasi, ada beberapa hal yang patut diperhatikan  :
1.      Seseorang yang akan menjadi pemimpin adalah ia yang memiliki harta yang banyak, perusahaan-perusahaan  membantu finansial, atau ia yang memiliki media massa untuk pencitraan. Dana digunakan untuk publikasi figur, sumbangan-sumbangan kepada calon pemilih dan sumbangan wajib kepada partai yang mengorbitkannya.
2.      Rakyat dieksploitasi untuk memilih calon yang sudah disetting oleh pihak-pihak yang ambisi kekuasaan. Tidak ada ruang bagi rakyat untuk memilih calon yang sesuai dengan harapannya.
3.      Iklim demokrasi memunculkan lembaga-lembaga baru yang membebani keuangan negara, di sisi lain menciptakan iklim jalan sendiri-sendiri, koordinasi tak berjalan, masing-masing lembaga merasa memiliki kekuasaannya sendiri-sendiri. Jika demikian, siapa yang bertanggung-jawab menjaga keuangan negara? Siapa penanggung-jawab utama untuk mengelola negara menuju kemajuan? Untuk mewujudkan kerjasama tim maka diperlukan satu koordinasi, sebuah yang anggotanya sedikit pun membutuhkan satu koordinator, maka apatah lagi suatu negara yang berpenduduk 250 juta jiwa.
4.      Di alam demokrasi ini, muncul pendapat bahwa untuk menjadi pemimpin harus berasal dari orang kaya. Benarkah demikian? Ada juga pendapat, orang miskin tidak  boleh menjadi pejabat sebab setelahnya mmenjabat maka ia akan menggunakan “aji mumpung” mengeruk uang negara. Benarkah demikian? Banyak orang kaya namun setelah menjabat ia korupsi, banyak juga orang miskin di saat ia menjabat “seperti kacang lupa kulitnya.” Kaya dan miskin tidak menjadi syarat di dalam kepemimpinan. Syarat utama pemimpin adalah amanah, cerdas dan memiliki kemampuan di dalam mengelola negerinya, baik pengelolaan secara internal (stabilitas neggara) maupun secara eksternal kreatif  di dalam menjalin dan menumbuhkan harmonisasi antar kepala negara/dunia internasional.
5.      Manfaat apa yang dirasakan di alam demokrasi? Yang paling banyak dirasakan bangsa Indonesia saat ini adalah berseliwerannya spanduk partai, foto-foto caleg yang narsis, pilkada yang membosankan, keributan antar pendukung calon, debat-debat politik yang hampa aksi. Alam demokrasi tidak menciptakan kemajuan apapun melainkan hanya mengguritanya parta-partai politik.
6.      Demokrasi sebagai produk impor. Sebagaimana lazimnya yang berlaku di negara kita yang senantiasa memegang teguh adat istiadat bangsa. Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa. Sejarah juga menunjukan bahwa nusantara pernah berjaya di lingkup regional sejak jaman kerajaan-kerajaan. Kini, Indonesia telah bersatu, menghimpun ribuan pulau (17.499), ratusan suku bangsa dan bahasa. Untuk mewujudkan kebersatuan bangsa maka diperlukan sistem yang bagus. Mampukah Indonesia menghasilkan suatu konsep hasil karya bangsa sendiri. Produk dari luar (seperti demokrasi) perlu diseleksi, dipelajari, dan dikaji secara cermat. Produk dari luar negeri ada kalanya baik dan banyak juga yang tak layak. Apalagi jika dilihat produk asing (demokrasi) yang telah dipakai di beberapa negara lebih sering menimbulkan konflik ketimbang perdamaian. Hanya Amerika sebagai negara demokrasi yang mampu stabil, tetapi hal itu belum cukup, sebab Amerika terlalu banyak menyimpan rahasia di balik layar yang jika dibongkar akan lebih tragis melebihi laporannya Snowden.
 
Jakarta,  Juli 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar