DEMOKRASI
Dipakai
atau Ditinggalkan
Chairil A Adjis dan Dudi Akasyah
Bangsa
Indonesia kini sedang belajar tentang bagaimana memformulasikan suatu bentuk
negara ke arah yang lebih ideal. Pasca penjajahan kolonialisme yang berlangsung
sekitar 350 tahun, diteruskan dengan masa proklamasi dan awal republik
(Sukarno), sekitar 20 tahun, dilanjutkan dengan masa / rezim suharto (33 tahun)
dimana negara dikontrol secara otoriter. Hal ini berlangsung hingga tahun 1998.
Dalam
rentang 1998 sampai dengan sekarang (2014)—telah berlangsung 6 tahun—bangsa
Indonesia dilanda euforia demokrasi, slogannya: Rakyat punya suara, rakyat
memiliki kekuatan, rakyat bebas mengeluarkan pendapat dan sebagainya.
Presiden
dipilih oleh rakyat, gubernur pun dipilih langsung oleh rakyat, sampai pemilihan ketua RW. Spanduk bertebaran
menempel di pohon-pohon. Presiden dibatasi kewenangannya, DPR-RI menetapkan
ratusan undang-undang, komisi tumbuh menjamur bak cendawan dimusim hujan.
Urusan berkutat dalam diskusi, rapat, musyawarah, dan perdebatan yang tidak
berujung.
· Kita
dapat menyaksikan bahwa pada masa Soeharto banyak yang dapat dibangun, namun di
alam demokrasi seperti saat ini sangat sulit untuk membangun, berapa banyak
bangunan yang telah didirikan oleh pemimpin sebelumnya rontok tak ada yang
merawat.
· Di
era demokrasi, yang tumbuh subur bukan pertanian, kelautan atau perdagangan,
melainkan partai yang tumbuh subur. Bendera partai bertebaran di sana-sini,
sosialisasi pilkada, pencitraan dan keributan-keributan politik yang mewabah
dari daerah sampai pusat.
· Bangsa
Indonesia sekarang sedang belajar euforia demokrasi tentu ada akhirnya apabila
pemandangan yang disaksikan membuat rakyat jenuh dan di sisi lain kebutuhan
hidup semakin sulit.
· Undang-undang
digonta-ganti
Rakyat
tidak membutuhkan presiden, tidak ingin direpotkan oleh urusan politik. Yang
dibutuhkan adalah figur negarawan, melalaui dia negara akan diatur, ditata,
dperbaiki menuju ke arah yang lebih baik.
Adapun
tugas rakyat adalah bekerja keras, patuh, dan kreatif di dalam mengembangkan
dirinya, hal tersebut merupakan sumbangsih nyata bagi kejayaan bangsa.
· Beberapa
metode/cara sedang di uji coba di negara ini, mulai dari vase kolonialisme,
republik, demokrasi. Bangsa ini sedang mencoba, menyaksikan dan merasakan
bagaimana efek dari satu era dengan era yang lainnya. Tentu yang dicari adalah
sistem yang bagus, stabil, dan memberi lebih banyak manfaat ketimbang mudharat.
· Setiap
pergantian era, terjadi konsekuensi dimana negara berguncang dan korban
berjatuhan seringkali tak bisa dihindarkan.
· Di
negeri ini banyak para cndikiawan sehingga pada suatu saat nanti akan muncul
negarawan yang mampu mengelola negeri dengan bijak serta menjadi panutan bagi
seluruh rakyatnya.
· Sifat
manusia adalah tidak suka kepada yang tidak baik, suka kepada yang baik, dan
lebih suka kepada yang lebih baik. Mereka sekarang sedang mengenal demokrasi
dan mempraktikan demokrasi. Adapun apakah demokrasi nanti akan dipakai atau
tidak, maka tergantung kepada asas manfaat. Jika demokrasi memberi manfaat maka
akan dipakai dan dipertahankan; jika sebaliknya maka demokrasi akan
ditinggalkan.
Setelah
enam tahun melihat hasil kerja dari demokrasi, ada beberapa hal yang patut
diperhatikan :
1. Seseorang
yang akan menjadi pemimpin adalah ia yang memiliki harta yang banyak,
perusahaan-perusahaan membantu
finansial, atau ia yang memiliki media massa untuk pencitraan. Dana digunakan
untuk publikasi figur, sumbangan-sumbangan kepada calon pemilih dan sumbangan
wajib kepada partai yang mengorbitkannya.
2. Rakyat
dieksploitasi untuk memilih calon yang sudah disetting oleh pihak-pihak yang
ambisi kekuasaan. Tidak ada ruang bagi rakyat untuk memilih calon yang sesuai
dengan harapannya.
3. Iklim
demokrasi memunculkan lembaga-lembaga baru yang membebani keuangan negara, di
sisi lain menciptakan iklim jalan sendiri-sendiri, koordinasi tak berjalan,
masing-masing lembaga merasa memiliki kekuasaannya sendiri-sendiri. Jika
demikian, siapa yang bertanggung-jawab menjaga keuangan negara? Siapa penanggung-jawab
utama untuk mengelola negara menuju kemajuan? Untuk mewujudkan kerjasama tim
maka diperlukan satu koordinasi, sebuah yang anggotanya sedikit pun membutuhkan
satu koordinator, maka apatah lagi suatu negara yang berpenduduk 250 juta jiwa.
4. Di
alam demokrasi ini, muncul pendapat bahwa untuk menjadi pemimpin harus berasal
dari orang kaya. Benarkah demikian? Ada juga pendapat, orang miskin tidak boleh menjadi pejabat sebab setelahnya
mmenjabat maka ia akan menggunakan “aji mumpung” mengeruk uang negara. Benarkah
demikian? Banyak orang kaya namun setelah menjabat ia korupsi, banyak juga
orang miskin di saat ia menjabat “seperti kacang lupa kulitnya.” Kaya dan
miskin tidak menjadi syarat di dalam kepemimpinan. Syarat utama pemimpin adalah
amanah, cerdas dan memiliki kemampuan di dalam mengelola negerinya, baik
pengelolaan secara internal (stabilitas neggara) maupun secara eksternal
kreatif di dalam menjalin dan
menumbuhkan harmonisasi antar kepala negara/dunia internasional.
5. Manfaat
apa yang dirasakan di alam demokrasi? Yang paling banyak dirasakan bangsa
Indonesia saat ini adalah berseliwerannya spanduk partai, foto-foto caleg yang narsis, pilkada yang membosankan,
keributan antar pendukung calon, debat-debat politik yang hampa aksi. Alam
demokrasi tidak menciptakan kemajuan apapun melainkan hanya mengguritanya
parta-partai politik.
6. Demokrasi
sebagai produk impor. Sebagaimana lazimnya yang berlaku di negara kita yang
senantiasa memegang teguh adat istiadat bangsa. Indonesia terdiri dari berbagai
suku bangsa. Sejarah juga menunjukan bahwa nusantara pernah berjaya di lingkup
regional sejak jaman kerajaan-kerajaan. Kini, Indonesia telah bersatu,
menghimpun ribuan pulau (17.499), ratusan suku bangsa dan bahasa. Untuk
mewujudkan kebersatuan bangsa maka diperlukan sistem yang bagus. Mampukah
Indonesia menghasilkan suatu konsep hasil karya bangsa sendiri. Produk dari
luar (seperti demokrasi) perlu diseleksi, dipelajari, dan dikaji secara cermat.
Produk dari luar negeri ada kalanya baik dan banyak juga yang tak layak.
Apalagi jika dilihat produk asing (demokrasi) yang telah dipakai di beberapa
negara lebih sering menimbulkan konflik ketimbang perdamaian. Hanya Amerika
sebagai negara demokrasi yang mampu stabil, tetapi hal itu belum cukup, sebab
Amerika terlalu banyak menyimpan rahasia di balik layar yang jika dibongkar
akan lebih tragis melebihi laporannya Snowden.
Jakarta, Juli
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar