Rabu, 28 Mei 2014

Pemerintah, Indonesia, dan BBM


PEMERINTAH, INDONESIA DAN BBM

 Chairil A Adjis    -    Dudi Akasyah

Bagi pemerintah, berhati-hatilah saat “berdekatan” dengan BBM. Bahkan hanya sekedar menebar isu pun tentang BBM, hal itu sudah merupakan pantangan. Pada jaman industrialisasi seperti sekarang ini, BBM merupakan inti dari kebutuhan masyarakat. Gejolak emosi sampai kepada anarkisme dapat bermula dari energi yang satu ini. Belum ditambah dengan kenaikan harga yang dilancarkan spekulan sampai dengan terjadinya laju inflasi.
Pemerintah selalu menyampaikan bahwa kepentingan rakyat adalah nomor satu, tidak boleh ada seorang pun masyarakat yang dirugikan. Hal ini perlu diapresiasi dan hal itulah essensi dari sebuah negara sebagai penjelmaan dari kepentingan komunitas yang berada di dalamnya.
Namun yang terjadi di lapangan adalah sebaliknya, kondisi masyarakat sangat memprihatinkan. Dilihat dari semua sisi, masyarakat semakin dikungkung oleh berbagai kesulitan. Tidak ada satu pun yang memudahkan. Slogan-slogan yang bertebaran di jalanan bahwa “kami membantu rakyat” tak lebih dari sekedar lip service untuk menutupi slogan yang sebenarnya “kami membantu kami.”elinat
Pemerintah hanya melihat keuntungan yang sempit sementara kerugian yang bersifat menyeluruh tidak pernah diperhitungkan. Hanya lantaran ingin menyelamatkan defisit subsidi, mereka mengorbankan kepentingan masyarakat seluruhnya.
Jika diibaratkan dengan permainan sepakbola, pemerintah tak ubahnya seperti berkutat di satu titik yang dikerubuti oleh para pemain. Pemerintah tidak mau memanfaatkan lebar lapangan dan mengatur strategi. Akibatnya suasana tidak kondusif. Musuh semakin menyerang sementara kita berkutat di satu tempat yang sempit.
Sempit memang, jika suatu keputusan bersumber dari pemikiran yang sempit. Kemiskinan dapat muncul dari miskinnya solusi yang berakibat kemiskinan menyebar dan menciptakan kemiskinan yang terstruktur.
Indonesia merupakan negara yang sangat luas. Sumber daya alamnya berlimpah, sumber daya manusianya banyak. Inilah yang perlu dicermati pemerintah, daripada berkutat pada “pembahasan kenaikan BBM.” Indonesia bukan negara yang sempit, bukan pula negara tandus, tidak juga negara tanpa pantai, atau negara kekurangan penduduk, semua syarat untuk menjadi negara maju telah ada di Indonesia, hanya saja kembali kepada siapa yang akan mengelolanya.
Bangsa Indonesia bukan bangsa yang tinggal di kontrakan dimana semuanya serba bayar, tidak mempunyai tanah, tidak dapat berdagang, bertani, atau mengambil ikan. Bukan, bangsa Indonesia menempati tanah yang luas dan kekayaan alam melimpah.
Sejarah menunjukan bahwa betapa negara-negara asing sangat tertarik dengan kekayaan alam Indonesia. Sampai saat ini setiap turis yang datang ke Indonesia tetap mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara fantastic dilihat dari panorama alam dan sumber daya alamnya.
Tanah di Indonesia merupakan tanah subur, apabila dikelola dengan sungguh-sungguh sudah mampu menyejahterakan seluruh rakyat, ditambah dengan potensi hutan tropis, garis pantai terpanjang sedunia yang mampu menyejahterakan rakyat dari bidang kelautan dan perdagangan, semaraknya industri, perusahaan negara, ditambah dari pertambangan seperti tambang emas, perak, timah dan sebagainya.
Apabila rakyat bertanya: Kami menuntut hasil dari kekayaan alam Indonesia? mana hasil dari kelautan Indonesia, disimpan dimana keuntungan dari pertambangan nasional? Jika dilihat secara sepintas adalah naif, kekayaan alam ditangguk pemerintah dan uang rakyat diperas dengan kenaikan harga.
*****
Adalah ironi jika pemerintah hanya dekat dengan BBM, tetapi lupa dengan potensi yang lainnya. Apapun dalih pemerintah dalam menaikkan harga BBM maka rakyat memandang bahwa keputusan itu bukan keputusan yang cerdas. Pemerintah perlu berpikir mendalam sedalam Samudera Indonesia. Pemerintah perlu memiliki pandangan yang luas, seluas wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar