PEMERINTAH,
INDONESIA DAN BBM
Chairil A Adjis - Dudi Akasyah
Bagi pemerintah, berhati-hatilah
saat “berdekatan” dengan BBM. Bahkan hanya sekedar menebar isu pun tentang BBM,
hal itu sudah merupakan pantangan. Pada jaman industrialisasi seperti sekarang
ini, BBM merupakan inti dari kebutuhan masyarakat. Gejolak emosi sampai kepada
anarkisme dapat bermula dari energi yang satu ini. Belum ditambah dengan
kenaikan harga yang dilancarkan spekulan sampai dengan terjadinya laju inflasi.
Pemerintah selalu menyampaikan
bahwa kepentingan rakyat adalah nomor satu, tidak boleh ada seorang pun
masyarakat yang dirugikan. Hal ini perlu diapresiasi dan hal itulah essensi
dari sebuah negara sebagai penjelmaan dari kepentingan komunitas yang berada di
dalamnya.
Namun yang terjadi di lapangan
adalah sebaliknya, kondisi masyarakat sangat memprihatinkan. Dilihat dari semua
sisi, masyarakat semakin dikungkung oleh berbagai kesulitan. Tidak ada satu pun
yang memudahkan. Slogan-slogan yang bertebaran di jalanan bahwa “kami membantu
rakyat” tak lebih dari sekedar lip
service untuk menutupi slogan yang sebenarnya “kami membantu kami.”elinat
Pemerintah hanya melihat
keuntungan yang sempit sementara kerugian yang bersifat menyeluruh tidak pernah
diperhitungkan. Hanya lantaran ingin menyelamatkan defisit subsidi, mereka
mengorbankan kepentingan masyarakat seluruhnya.
Jika diibaratkan dengan permainan
sepakbola, pemerintah tak ubahnya seperti berkutat di satu titik yang
dikerubuti oleh para pemain. Pemerintah tidak mau memanfaatkan lebar lapangan
dan mengatur strategi. Akibatnya suasana tidak kondusif. Musuh semakin
menyerang sementara kita berkutat di satu tempat yang sempit.
Sempit memang, jika suatu
keputusan bersumber dari pemikiran yang sempit. Kemiskinan dapat muncul dari
miskinnya solusi yang berakibat kemiskinan menyebar dan menciptakan kemiskinan
yang terstruktur.
Indonesia merupakan negara yang
sangat luas. Sumber daya alamnya berlimpah, sumber daya manusianya banyak.
Inilah yang perlu dicermati pemerintah, daripada berkutat pada “pembahasan
kenaikan BBM.” Indonesia bukan negara yang sempit, bukan pula negara tandus,
tidak juga negara tanpa pantai, atau negara kekurangan penduduk, semua syarat
untuk menjadi negara maju telah ada di Indonesia, hanya saja kembali kepada siapa
yang akan mengelolanya.
Bangsa Indonesia bukan bangsa
yang tinggal di kontrakan dimana semuanya serba bayar, tidak mempunyai tanah,
tidak dapat berdagang, bertani, atau mengambil ikan. Bukan, bangsa Indonesia
menempati tanah yang luas dan kekayaan alam melimpah.
Sejarah menunjukan bahwa betapa
negara-negara asing sangat tertarik dengan kekayaan alam Indonesia. Sampai saat
ini setiap turis yang datang ke Indonesia tetap mengatakan bahwa Indonesia
merupakan negara fantastic dilihat
dari panorama alam dan sumber daya alamnya.
Tanah di Indonesia merupakan
tanah subur, apabila dikelola dengan sungguh-sungguh sudah mampu
menyejahterakan seluruh rakyat, ditambah dengan potensi hutan tropis, garis
pantai terpanjang sedunia yang mampu menyejahterakan rakyat dari bidang
kelautan dan perdagangan, semaraknya industri, perusahaan negara, ditambah dari
pertambangan seperti tambang emas, perak, timah dan sebagainya.
Apabila rakyat bertanya: Kami
menuntut hasil dari kekayaan alam Indonesia? mana hasil dari kelautan Indonesia,
disimpan dimana keuntungan dari pertambangan nasional? Jika dilihat secara
sepintas adalah naif, kekayaan alam ditangguk pemerintah dan uang rakyat
diperas dengan kenaikan harga.
*****
Adalah ironi jika pemerintah
hanya dekat dengan BBM, tetapi lupa dengan potensi yang lainnya. Apapun dalih
pemerintah dalam menaikkan harga BBM maka rakyat memandang bahwa keputusan itu
bukan keputusan yang cerdas. Pemerintah perlu berpikir mendalam sedalam
Samudera Indonesia. Pemerintah perlu memiliki pandangan yang luas, seluas
wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar